Jumat, 19 April 2013

Pasar Sukatani Segera Di Revitalisasi

Pasar Sukatani atau yang lebih akrab disebut Pasar Bancong yang dibangun pada tahun 1981, dianggap sudah tidak cukup menampung pedagang. Pasalnya, kepadatan jumlah pedagang tidak sebanding dengan area pasar. 

Selain itu, kondisi bangunan sangat memprihatinkan karena dari semua bangunan yang ada adalah bangunan tua yang mudah rapuh. Sebagian pedagang berharap segera adanya revitalisasi, karena dari sisi kelayakan, pasar Bancong kondisinya sangat memprihatinkan. Padahal kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bekasi cukup besar diberikan para pedagang Pasar Bancong.

“Pasar bancong itu tidak tertata dan terlihat kumuh, mestinya segera di revitalisasi, agar para pedagang maupun pembeli bisa nyaman,” ujar Sukron, pegawai studio fhoto Nirwana yang berlokasi disekitar Pasar Bancong saat dijumpai Suara Cikarang. Dia berharap, rencana revitalisasi Pasar Sukatani bisa segera terlaksana.

Meski rencana revitalisasi telah dirancang Pemerintah Kabupaten Bekasi, namun hingga kini belum terealisasi. Berbagai alasan dikemukakan beberapa kalangan, diantaranya Ketua Rukun Warga Pasar (RWP) Sukatani, Nilam. Dia menjelaskan, sejak dibangun Pasar Sukatani belum pernah direnovasi. Padahal dengan kondisi saat ini, Pasar Sukatani sudah waktunya revitalisasi.
“Banyak bangunan tua yang terlihat kumuh, dindingnya tampak kusam, banyak atap kios yang mengelupas, serta talang antar-kios banyak yang bocor. Selain itu, kondisi didalam pasar becek jika musim hujan melanda,” bebernya.

Kendati pada tahun 2008, pasar tersebut sempat akan direnovasi oleh pemerintah, namun hal itu urung dilakukan, karena warga menolaknya, dengan alasan tidak adanya komunikasi antara pemerintah dengan pedagang. Selain itu, dalam penetapan harga dianggap memberatkan para pedagang.

Sebelumnya, keluhan terhadap Pasar Bancong sempat dilontarkan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, H Dedy Mizwar, yang pada saat itu melakukan kampanye pada putaran Pemilihan Gubernur Jawa Barat. Saat itu, Dedy mengunjungi Pasar Bancong, dia menilai kondisi bangunan maupun lingkungannya sudah kurang mendukung sebagai tempat perdagangan yang nyaman.

Menurutnya, setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk merevitalisasi Pasar Sukatani. Pertama, disiapkan penampungan yang memadai untuk pedagang berusaha selama pasar direvitalisasi. Kedua, pedagang yang selama ini berusaha di Pasar Sukatani harus memperoleh prioritas untuk kembali memiliki tempat usaha di pasar yang baru. Ketiga, harga jual kios harus terjangkau dan tidak memberatkan pedagang.

Menurut pandangan artis senior pemeran Bang Jack dalam sinetron Para Pencari Tuhan itu, Pasar memiliki peran penting karena menjadi pusat bisnis masyarakat. Persaingan yang semakin ketat, antara lain dengan maraknya pasar atau gerai modern yang beroperasi hingga ke wilayah kecamatan, bahkan pedesaan, yang pastinya menuntut pasar tradisional untuk berbenah.

Pasar rakyat tidak boleh kumuh, tetapi harus bersih, nyaman, dan aman. Sehingga tetap menjadi pilihan konsumen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk itu, dia mengajak pedagang dan masyarakat untuk menciptakan dan menjaga pasar tradisional dengan baik.

Sementara, kordinator pasar sukatani Lukman Hakim, kontribusi Pasar Sukatani relative besar bagi PAD Kabupaten Bekasi. Hal itu terlihat dari jumlah retribusi yang masuk kantong Pemerintah, “Kami melakukan penarikan retribusi terhadap seluruh kios yang ada di Pasar Sukatani, yang kemudian kami setorkan ke Dinas Pasar, tetapi untuk pedagang yang menggunakan bangunan liar kami tidak lakukan itu,” ujar Lukman saat dijumpai di kantor UPTD Pasar Sukatani.

Mengenai revitalisasi, Lukman menjelaskan bahwa rencana tersebut akan dilakukan pada tahun ini, namun setelah pemerintah mendapat lokasi untuk merelokasi para pedagang, “Rencananya tahun ini, Insya Allah bangunan dua tingkat, untuk kios yang di bawah untuk pedagang ikan, daging, sayur mayor dan warung kelontong, sedangkan untuk kios di atas disediakan untuk pedagang pakaian, kosmetik dan toko emas,” tuturnya.

Dipostkan oleh : ENAN (Wartawan Suara Cikarang)

Bulog Janji Perbaiki Kwalitas Raskin

Program pendistribusian beras miskin (Raskin) di sejumlah wilayah Kabupaten Bekasi, menuai berbagai permasalahan. Diantaranya beras yang di distribusikan dinilai berkwalitas buruk dan tidak layak konsumsi, serta takaran beras sering tidak sesuai. 

Keluhan atas buruknya raskin, dikemukakan masyarakat Desa Bantarsari Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi, atas penyaluran raski pada Februari lalu. Menurut warga, masalah pendistribusian ke desa tersebut terkadang bukan hanya bermasalah pada takaran yang berkurang, tapi kwalitas raskin terkadang buruk. Tidak jarang warga menemukan kutu dan bubuk dedek yang disertai bau busuk. 

Buruknya kwalitas raskin juga di alami warga Cipayung Kecamatan Cikarang Timur. Mereka dengan tegas menolak pendistribusian raskin diwilayahnya dan menuntut pemerintah agar mendistribusikan beras yang layak konsumsi. Menanggapinya, komisi B DPRD Kabupaten Bekasi, Jaenudin, meminta Bulog dan Bagian Perekonomian Kabupaten Bekasi untuk segera menarik beras tersebut. Selain itu, Jaenudin menghimbau agar kwalitas beras ditingkatkan. “Orang miskin juga manusia, berikan mereka beras yang layak,” ujar Jaenudin. 

Hal senada juga ditegaskan Ketua Forum BPD Kabupaten Bekasi, Sardi, S,Sos, yang di jumpai Suara Cikarang beberapa waktu lalu. Menurutya, Berdasarkan hasil rapat antara Pemkab Bekasi dengan perwakilan Bulog, pada (13/03) di aula Kyai Nurali Pemkab Bekasi, yang di hadiri seluruh Camat dan Kepala Desa, di sepakati bahwa apabila Mutu/ Kwalitas tidak sesuai dengan standar, beras tersebut di kembalikan ke Bulog, dengan Konsekwensinya di tanggung oleh Bulog sendiri, “Pada rapat waktu itu telah disepakati, apabila beras buruk ya Bulog mesti bertanggungjawab,” kata Sardi. 

Dia mengakui I’tikad baik Bulog yang berjanji akan memperbaiki pelayanan dan kwalitas beras. Berdasarkan pantauan Suara Cikarang pada pendistribusian raskin di Desa Bantarsari Kecamatan Pebayuran pada awal bulan ini, kwalitas beras dinilai membaik. Warga yang semula enggan menerima raskin, kini sebaliknya rebutan atas pembagian jatah, meski musim panen belum lama ini berlalu. 

Di postkan oleh : AYUB (Staff Redaksi Suara Cikarang)

Kamis, 18 April 2013

Siswa SD Islam An-Najma Cikarang, Latihan Memadamkan Api

Beragam upaya dalam meningkatkan wawasan para siswa, merupakan strategi cerdas penyelenggara pendidikan. Terutama di sekolah-sekolah swasta yang berlebel paporit, upaya tersebut merupakan langkah strategis dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Begitu pula dengan methodologi pendidikan di Sekolah Dasar Islam An-Najma, yang berlokasi di Perumahan Grand Cikarang City Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, yang mengadopsi sistem modern. Namun tidak mengesampingkan nilai-nilai kultur dan budaya kedaerahan itu sendiri. 
 
Sekolah yang memilik konsep Mendidik anak mulai usia 2,5 tahun menjadi muslim yang berkarakter Islami, Cerdas, Sholeh dan Berakhlak Mulia, belum lama ini mengundang petugas pemadam kebakaran (Damkar-red) Kabupaten Bekasi. kedatangan empat petugas Damkar dengan atribut dan peralatan lengkap ke sekolah tersebut bukan untuk memadamkan api, melainkan mereka diminta memberikan pengetahuan kepada para siswa tentang tatacara memadamkan api apabila terjadi kebakaran. 

Selain tekhnis pemadaman api, petugas Damkar juga memberikan pengetahuan tentang bahayanya bermain api. Hal itu disampaikan agar tumbuhnya kesadaran para siswa, sehingga tidak main-main dengan si jago merah. “Jangan bermain api jika tidak ingin terbakar,” ujar kepala crew Damkar, Darmawijaya. 

Dalam kegiatan yang berdurasi satu jam itu, pihak petugas damkar melakukan simulasi pemadaman api. Yang pertama para siswa diberikan pemahaman tentang memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam yang kecil atau pemadam gas. Kemudian crew damkar membuat sebuah api besar dengan mengumpulkan beberapa bahan matrial, yang akhirnya dipadamkan dengan menggunakan mobil pemadam kebakaran. 

Kepala Sekolah SD Islam An-Najma Yusup A Salam, S,Ag, mengaku kegiatan yang dilakukan pihaknya merupakan variasi pembelajaran, agar meningkatnya wawasan peserta didik, “Kami menyelenggarakan kegiatan ini untuk menumbuhkan kesadaran para siswa tentang bahayanya bermain api, disamping agar mereka juga dapat mengenal para petugas pemadam kebakaran,” pungkasnya.

Kemacetan Di Cikarang Akibat Traffic Light Tidak Berfungsi

MASALAH macet di kota-kota besar, terlebih kota metropolitan yang menjadi basis industri, adalah hal yang lumrah terjadi. kendati berupaya maksimal dalam mengatur lalulintas, pihak Kepolisian tetap kewalahan jika tidak dibarengi dengan kerjasama pemerintah sebagai pihak penyedia perlengkapan rambu-rambu lalulintas. Selain itu, kesadaran masyarakat dalam mentaati peraturan lalulintas juga menjadi hal yang penting untuk dimiliki. 

Problematika kemacetan di Kabupaten Bekasi, menjadi sajian yang tidak dipandang aneh oleh seluruh kalangan. Pasalnya, Kabupaten Bekasi yang menjadi sentra industri di Indonesia memiliki ruas jalan yang kurang memadai sebagai akses transfortasi darat. Ditambah rambu-rambu lalulintas yang sering di dapati di beberapa titik tidak berfungsi, sehingga kemacetanpun tidak terhindari. 

Berdasarkan kondisi yang ada, sedikitnya terdapat enam titik kemacetan di Kabupaten Bekasi, yang diakibatkan traffic light (Lampu Merah) tidak berfungsi dan tiadanya rambu lalulintas. Diantaranya pertigaan lampu merah pilar, perempatan Cikarang depan SGC, pertigaan pintu masuk Jababeka I dan II, pertigaan lampu merah Cibitung, pertigaan Lemah Abang dan pertigaan depan pintu tol Cibitung. 

Minimnya rambu lalulintas serta tidak berfungsinya traffic light, membuat pihak pengatur lalulintas yakni Satuan Kepolisian Lalulintas Polresta Bekasi tidak berdaya. di lokasi tersebut, terlihat pihak Polantas sibuk mengatur pengguna jalan. Tidak jarang pula ditemukan pengguna jalan yang membandel merangsek menerobos rambu, sehingga menyebabkan kemacetan. 

Kanit Lantas Polsek Cikarang Barat, Musiran mengaku kewalahan menghadapi pengguna jalan yang kerap kali merangsek saat petugas mengatur lalulintas. Kendati demikian, dia menyadari beberapa factor penyebab terjadinya kemacetan. Menurutnya, ruas jalan yang tidak memadai untuk volume kendaraan yang melintas, ditambah hancurnya jalan yang ada di depan pintu tol Cibitung, menjadi kendala lain penyebab kemacetan disamping tiadanya rambu lalulintas. “Kami berharap pemerintah memperbaiki jalan yang rusak dan mengganti traffic light yang mati. Jika pada titik macet tidak ada rambu, ya segera di pasang,” ujar Musiran, saat ditemui di Pos Polisi Cibitung. 

Sementara, seorang pengendara motor saat berhenti akibat Polantas mengatur jalan, mencoba memprovokasi pengendara lain agar menerobos brigade Polantas, namun upayanya itu di ketahui oleh Polantas, sehingga akhirnya dia berhentikan lalu diberikan teguran.

Pengendara tersebut diketahui seorang aktivis LSM, yang hendak pulang kerumah usai mengikuti kegiatan deklarasi. "Saya tidak memprovokasi, cuma mungkin terlihat demikian oleh Polisi," kilahnya kepada Jendela Bekasi.

Wisata Pantai Mekar Muara Gembong, Bekasi Jawa Barat

MINIMNYA tempat wisata di kabupaten Bekasi, menjadi inspirasi bagi kelompok pemuda pelopor di desa pantai mekar kecamatan muara gembong untuk mendorong pantai yang ada diwilayahnya itu sebagai wahana rekreasi dan tempat hiburan bagi masyarakat Bekasi. 

Meski fasilitas yang tersedia saat ini masih minim, tidak membuat kelompok pemuda tersebut urung untuk mensosialisasikan keberadaan wisata di wilayahnya. Alhasil, jerih payah yang dilakukan kelompok pemuda pelopor mampu menarik minat wisatawan dari berbagai daerah untuk mengunjungi pantai itu. 

Ketua kelompok pemuda pelopor, Darman Alamsyah mengaku potensi yang ada di desanya itu sangat besar untuk dijadikan wisata dan tempat rekreasi bagi warga bekasi khususnya dan masyarakat diluar daerah pada umumnya. Hal tersebut menurutnya sangat realistis. Pasalnya, pantai mekar memiliki keindahan yang cukup luar biasa, baik dari aspek geografis yang bentuknya seperti cembung sehingga menimbulkan kesan eksekntrik, dan permukaan air yang cukup jernih, jika dibandingkan dengan wisata yang ada di beberapa wilayah lainnya, seperti pantai pakis kabupaten karawang, yang memiliki bentuk lurus dan permukaan air yang sedikit lebih keruh. 

“Jika pantai mekar di maksimalkan sebagai wisata lokal Bekasi, saya yakin akan menarik minat wisatawan dari berbagai daerah untuk berkunjung. Tentunya jika ada keseriusan pemerintah untuk membenahinya,” imbuh Darman. 

Keberadaan wisata pantai mekar, di anggap Darman akan mampu meningkatkan potensi dan pemberdayaan masyarakat lokal, hal itu bila berkaca pada lokasi wisata di daerah lain, dimana masyarakat setempat seiring berkembangnya wisata, ikut meningkat taraf pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraannya, “Konsep utama kami adalah pemberdayaan potensi lokal dan pemberdayaan masyarakat setempat,” tambahnya. 

Meski demikian, Darman mengakui, bahwa tidak mudah bagi pemerintah untuk membuat sebuah kebijakan dengan menjadikan wisata bahari pantai mekar sebagai lokasi pariwisata, “Memang mesti ada kajian dan observasi terlebih dahulu oleh pemerintah, untuk melihat sejauh mana potensi pantai mekar untuk dijadikan sebagai pariwisata kabupaten Bekasi. Tetapi, kami akan terus berupaya meyakini dan mendorong pemerintah daerah,” tegas Darman, dia menyebut nama pantai itu wisata tirta citra alam bahari. Seperti diketahui, bahwa pada pesona wisata tirta citra alam bahari sejauh ini telah tersedia beberapa fasilitas, diantaranya villa joglo yang berada di tengah pantai yang sengaja disediakan pengelola sebagai tempat memancing, rekreasi keluarga, bahkan bisa digunakan untuk kegiatan reunian maupun diskusi. 

Untuk mencapai ke villa joglo, pengelola menyediakan fasilitas motor boat, yang juga digunakan untuk mengantar para pengunjung berkeliling pantai dengan dipandu seorang ‘gaed’ lokal. Selain itu, di bibir pantai tersedia beberapa warung yang dapat dijadikan pengunjung untuk memenuhi kebutuhan, baik makan, minum maupun camillan sebagai teman di villa. Tak ketinggalan, bagi pengunjung yang hendak bermalam, juga tersedia penginapan yang cukup ekonomis. 

 oleh : Moch. Handika Nuralam

Kawasan Kampung Pelajar

SEPERTI diketahui, bahwa laju perkembangan Kabupaten Bekasi dewasa ini kian pesat. Hal ini tak lepas karena letak geografis kabupaten Bekasi sangat berdekatan dengan Ibukota Jakarta, yang sering disebut sebagai daerah penyangga ibukota. Disisi lainnya, tingkat urbanisasi yang kian tinggi, mendorong persaingan individu yang sukses di kota yang notabene sebagai kawasan industri terbesar di Indonesia ini, yang mampu menyerap dan menghipnotis investor untuk menggelontorkan dananya dengan mendirikan berbagai perusahaan. Betapa tidak, Kabupaten Bekasi yang memiliki kultur dan budaya yang kental, seakan hilang entitas diri sebagai daerah yang beradat istiadat Betawi. 

Meski demikian, gagasan inovatif selalu bermunculan dari kalangan masyarakat yang peduli terhadap perkembangan kabupaten bekasi, baik kepedulian dalam mempertahankan sosial dan kebudayaan bekasi, menjaga kelestarian lingkungan hidup, maupun gagasan dalam mengembangkan dunia pendidikan. Melihat pemetaan pendidikan lokal, Bekasi yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia, mestinya memiliki sebuah kebanggaan dalam dunia pendidikan, tentunya dengan capaian kualitas, yang didukung dengan system serta fasilitas yang memadai. 

Namun, secara objectif hal tersebut tidak di temukan. Praktisi pendidikan, Ferly Idrus, Bsc, menilai pola pendidikan yang terdapat di Kabupaten Bekasi tidak memiliki entitas yang jelas, baik itu sistem maupun methodologinya, “Tidak ada sesuatu yang dapat dibanggakan dalam dunia pendidikan di bekasi, karena semua methode mengadopsi penuh kurikulum dari pusat. Tidak ada materi yang diunggulkan, sehingga outputnya pun tidak memiliki nilai lebih,” ujar Ferly, saat ditemui di kantornya di bilangan jalan Gatot Subroto Cikarang, beberapa waktu lalu. “Bekasi mesti memiliki entitas pendidikan yang jelas,” tegas pria yang menggagas konsep kawasan kampung pelajar Desa Karang Asih Kecamatan Cikarang Utara. 

Kawasan kampung pelajar, menurutnya, merupakan sebuah konsep terciptanya lingkungan khusus pendidikan yang mendukung dan selaras dengan pola pendidikan, dengan tujuan agar meningkatnya kualitas pendidikan di bekasi. Hal tersebut bisa tercapai jika adanya dukungan dari pemerintah daerah, dengan mengeluarkan sebuah kebijakan, yakni peraturan daerah (Perda) tentang kawasan kampung pelajar. 

Dijelaskannya, bahwa kampung pelajar merupakan bentuk kepedulian terhadap pendidikan anak. Karena, dalam perkembangan anak, tidak hanya terjadi proses proses perkembangan didalam diri anak itu saja, atau berdasar pada wujud materi dalam sekolah. Namun dalam banyak hal proses perkembangan anak bisa dipengaruhi oleh lingkungan. Anak dalam usia belajar, lanjut Ferly, pada hakekatnya memiliki potensi serta kemampuan yang muncul dengan sebab campur tangan, serta lingkungan yang memicu kreasi pada anak (achievement motive). 

“Lingkungan yang kondusif, secara tidak langsung memiliki peran besar dalam menstimulasi anak untuk meningkatkan daya kreatifitas dan psikologinya, hal ini tentunya juga didukung dengan beberapa fasilitas penunjang seperti laboratorium belajar dan perangkat lainnya,” terang Ferly. 

Jalan Ki Hajar Dewantara yang berlokasi di desa karang asih, menurut Ferly, sangat layak jika di jadikan sebagai kawasan kampung pelajar. Pasalnya, pada wilayah tersebut, banyak terdapat sarana pendidikan (sekolah) mulai dari tingkat dasar (SD), hingga perguruan tinggi. Dari data yang dihimpunnya, terdapat 35 lembaga pendidikan di sepanjang ruas jalan ki hajar dewantara, “Sangat mendukung sekali jika desa karang asih di sebut kampung pelajar, karena selain nama jalan adalah tokoh pendidikan nasional, banyak lembaga pendidikan disana serta beberapa fasilitas pendukung lainnya,” ujarnya. Dia mengaku optimis prospek pendidikan di wilayah tersebut akan mengangkat harkat dan martabat kabupaten bekasi. 

“Jika kita mengaca pada proses Jogja sebagai kota pelajar, semula daerah itu pun sama kondisinya dengan desa karang asih, namun ada itikad kuat dari pemerintah dengan menjadikan kawasan pelajar, sehingga lahirlah kota pelajar. Jika jogja bisa, kenapa kita tidak bisa,” tegas Ferly. Dia berharap, pemerintah kabupaten bekasi yang di komandoi oleh Bupati dr Neneng Hasanah Yasin, dapat melakukan sebuah terobosan ‘breakthrought’ sesuai dengan visi dan misi kabupaten bekasi, sehingga harapan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas serta adanya kawasan pendidikan dapat terwujud dengan mendorong kawasan kampung pelajar. 

Penulis : Moch. Handika Nuralam